Cukai merupakan salah satu penerimaan pajak negara yang dikenakan terhadap barang-barang dengan karakteristik khusus. Dalam pelaksanaan cukai sebagai alat penerimaan (budgetair) dan alat pengatur (regulerend) negara, potensi cukai terus menerus digali untuk dimaksimalkan melalui ekstensifikasi barang kena cukai. Ekstensifikasi barang kena cukai terutama penting untuk Indonesia karena cakupan barang kena cukai Indonesia termasuk very narrow (sangat sempit) jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Oleh karena itu, potensi cukai Indonesia tergolong sangat besar. Salah satu calon barang kena cukai yang dipertimbangkan adalah game online. Seiring berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, game online menjadi salah satu konsumsi hiburan masyarakat yang dapat dinikmati di berbagai alat dan jaringan. Tingginya konsumsi game online membawa risiko munculnya kecanduan atas konsumsinya. Hal ini menjadikan game online memenuhi karakteristik barang kena cukai dan layak untuk dipertimbangkan. Menggunakan wawancara terhadap praktisi cukai dan data sekunder mengenai pelaksanaan cukai yang berkaitan, penulis mengumpulkan dan menganalisis potensi dan kelayakan game online sebagai barang kena cukai. Dalam meneliti potensi dan kelayakan game online sebagai barang kena cukai, ditemukan beberapa hambatan yang ditemui pemerintah maupun Direktorat Jendral Bea dan Cukai Indonesia sebagai pelaksana kebijakan cukai. Hambatan yang ditemukan meliputi ketidakmampuan undang-undang cukai yang saat ini digunakan untuk mengakomodir objek seperti game online, resistansi dari masyarakat dan pemerintah, serta resistansi industri. Untuk mendukung ekstensifikasi barang kena cukai khususnya mengenai game online, hambatan-hambatan yang dapat ditemui penting untuk diidentifikasi serta dioptimisasi.