Di Indonesia, pengenalan bencana sudah beralih dari bantuan darurat menuju paradigma penanggulangan bencana (mitigasi atau preventif dan sekaligus paradigma pembangunan). Karena upaya pencegahan dan mitigasi hingga rehabilitasi dan rekonstruksinya telah diintegrasikan dalam program‐program pembangunan di berbagai sektor. Pengurangan risiko bencana merupakan rencana terpadu yang bersifat lintas sektor dan lintas wilayah yang meliputi aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Bencana alam terjadi secara tiba‐tiba melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi diperkirakan secara akurat, lokasi terjadi dan besaran kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, letusan gunung api, tsunami dan anomali cuaca masih dapat diperkirakan. Kejadian bencana memberikan dampak psikologis dan menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya. Pengurangan risiko bencana pada fase pra bencana dapat dilakukan dengan berbasis pada kearifan lokal masyarakat setempat yang tinggal di daerah rawan bencana. Kearifan lokal sebenarnya memiliki pengertian sebagai strategi yang digunakan dalam mengelola alam hingga mempertahankan keseimbangan secara ekologis yang sebenarnya telah ada sejak berabad-abad yang lalu dengan melalui ujian bencana maupun hal yang menjadi keteledoran beberapa manusia. Sehingga kearifan lokal dalam penanggulangan bencana dapat dilestarikan untuk generasi mendatang agar potensi risiko yang ditimbulkan dapat diminimalisir.