Papua merupakan salah satu pulau di Indonesia yang kaya akan sumber daya alam dan budayanya. Kekayaan alam yang dimiliki tidak serta merta membuat masyarakatnya hidup berkecukupan, bahkan menjadi salah satu provinsi dengan angka kemiskinan tertinggi di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah saat ini melakukan pembangunan besar-besaran dengan memanfaatkan sumber daya alam Papua demi meningkatkan taraf hidup masyarakat Papua.

Ironisnya, pembangunan yang dilakukan di Papua harus mengorbankan lingkungan dan masyarakat adat Papua itu sendiri, seperti yang terjadi di Merauke, khususnya Distrik Naukenjerai yang merupakan wilayah adat suku Kanum. Pembangunan yang dilakukan telah menimbulkan masalah lingkungan dan juga konflik sosial, karena adanya eksploitasi dari para pelaku pembangunan tersebut.

Untuk menjaga lingkungannya, masyarakat adat Suku Kanum memiliki beberapa budaya/kearifan lokal yang dapat diterapkan untuk menjaga dan melestarikan lingkungan mereka. Salah satunya adalah sar yang dilaksanakan dengan cara menutup suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Pelaksanaan sar dapat berdampak positif terhadap lingkungan, namun juga memiliki fungsi laten yang berdampak terhadap perempuan Suku Kanum itu sendiri. Berhubungan dengan hal tersebut, apakah kearifan lokal sar dapat menjadi solusi pencegahan kerusakan lingkungan untuk masyarakat adat Suku Kanum itu sendiri?