Dalam dinamika perpolitikan di Indonesia terutama pada masa kampanye parpol hingga pemilihan presiden, menunjukkan adanya pergulatan sengit antara elit melalui parpolnya untuk tampil sebagai top hegemoni. Demikian optimis dan antusiasnya masing-masing elit politik dalam persaingan tersebut, sehingga beragam cara pun ditempuh mulai dari modus paling elegan yang memukau hingga praktek non etis yang menyebalkan. pergulatan tersebut menyerupai sebuah pagelaran drama, yang dalam aturan mainnya telah diskenariokan sedemikian rupa. Bagaimana mereka bermain, siapa yang bermain serta bagaimana buah dari permainan tersebut itulah yang hendak dideskripsikan secara kronologis dalam buku yang merupakan kumpulan artikel politik ini. Pada masa maraknya awal kegiatan kampanye dan sosialisasi parpol pada Januari 2004, iklim perpolitikan di Indonesia sempat diselimuti oleh kabut kekhawatiran akan bangkitnya kembali orde baru. Gejala ini muncul sejak tampilnya elit politik tangguh sekaliber Siti Hardianti Rukmana dengan mesin politiknya Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB). Betapa tidak, suasana kehidupan berbangsa dan bernegara di era reformasi yang diimpikan sebagai rezim suci dari praktek KKN justru lebih gawat dari orde sebelumnya. Apalagi modus operandi baru pemilihan umum yang dilaksanakan secara langsung, berbagai kemungkinan tak terduga dapat saja terjadi akibat kesembronoan peserta pemilu. Fenomena perpolitikan ini, disebabkan oleh adanya kekecewaan pihak-pihak tertentu atas hasil pemilu mengenai figur yang akan tampil sebagai presiden. Serentak dengan itu, lahirlah pertanyaan apakah demokrasi itu memang ada atau hanya sebuah mitos yang tidak akan pernah dimengerti oleh rakyat. Melalui cara koalisi untuk menggalang dukungan, terkesan bahwa substansi demokrasi di Indonesia itu adalah “dari parpol, oleh parpol dan untuk parpol”. Berbagai kondisi perpolitikan di Indonesia sejak masa kampanye parpol hingga pemilihan presiden yang diuraikan secara kronologis berikut ini, diberi judul “Sejarah Politik di Indonesia Pasca Orde Baru” tidak berarti akan basi setelah pemilihan presiden berlalu. Artikel yang sengaja dihimpun ini, setidaknya akan menjadi sebuah collective memory atau informasi hingga kapan pun mengenai kondisi politik di Indonesia selama kurun waktu kampanye pemilu 2004. Bahkan menjelaskan kepada kita mengenai kondisi pendukung dan alasan rasional mengapa SBY-JK tampil sebagai pemenang pemilu.