Setiap agama berupaya menginterpretasikan konsep tentang Tuhan, sering kali klaim-klaim ini menimbulkan persaingan atas kebenaran interpretasi. Ini mengarah pada klaim moral yang seringkali bertentangan, bahkan di antara yang mengaku paling dekat dengan Tuhan. Pertanyaan tentang keberadaan Tuhan sering kali timbul karena ketidakmampuan manusia untuk sepenuhnya memahami konsep waktu dan eksistensi. Manusia, yang terbatas dalam dimensi waktu, mencoba menempatkan Tuhan di antara celah eksistensi dan waktu, karena Tuhan menjadi titik referensi atas ketidakpastian dan ketidakberdayaan manusia terhadap waktu. Perebutan istilah "Tuhan" di antara berbagai agama memunculkan ketegangan teologis, karena setiap agama mengklaim definisi dan konsep Tuhan yang autentik.

Di Indonesia, agama-agama resmi saat ini bukanlah agama asli, sementara aliran-aliran seperti Kejawen, Sunda Karawitan, Kaharingan, dan Marapu dianggap sebagai aliran kepercayaan yang terpinggirkan. Namun, pertanyaannya, apakah mereka benar-benar keliru? Apakah kepercayaan mereka lebih rendah nilainya daripada agama-agama non-pribumi? Ini memunculkan diskusi tentang warisan spiritual dan kultural yang terpinggirkan dalam konsepsi ke-Tuhan-an yang didominasi oleh agama-agama mayoritas.