Meneladani tradisi gotong royong dan pendidikan dalam honay ala Suku Dani melalui dimensi filsafat memberikan wawasan mendalam tentang penerapan nilai-nilai tradisional dalam konteks modern. Pendekatan paradigmatik geografi lingkungan menekankan keterkaitan manusia dengan alam, di mana gotong royong dan pendidikan di honay mencerminkan keselarasan dengan lingkungan. Honay yang dibangun dari bahan-bahan lokal seperti kayu dan ilalang menunjukkan kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Gotong royong dalam membangun dan merawat honay mengajarkan kerja sama dan menjaga keseimbangan ekosistem. Tradisi Suku Dani ini memperlihatkan cara hidup harmonis dengan alam, sebuah pelajaran berharga bagi dunia modern yang sering kali jauh dari praktik-praktik keberlanjutan lingkungan. (Agus Eko Raharjo Pepekai)

Pendidikan di honay berfungsi sebagai alat pelestarian budaya dan transmisi nilai-nilai moral serta pengetahuan lokal. Paradigma ini menekankan pentingnya pendidikan berbasis komunitas dalam menjaga warisan budaya dan pengetahuan lokal. Pendidikan di honay tidak hanya menekankan aspek kognitif tetapi juga pembentukan karakter dan moralitas, sejalan dengan prinsip pendidikan holistik. Sosiologi Pancasila memberikan kerangka untuk memahami gotong royong sebagai manifestasi nilai-nilai Pancasila, khususnya Persatuan Indonesia dan Keadilan Sosial. Tradisi gotong royong di honay mencerminkan solidaritas sosial dan kesadaran kolektif yang kuat, memperkuat persatuan dan keadilan sosial. Nilai-nilai ini dapat diterapkan dalam konteks modern untuk menghadapi tantangan sosial dan lingkungan, menginspirasi pembangunan sistem pendidikan yang holistik, serta menghasilkan individu yang berpengetahuan dan bertanggung jawab sosial serta lingkungan. (Willius Kogoya)