Bilamana ditinjau dari sisi “penghimpunan dana” masyarakat; nasabah sebagai shahibul maal dan bank syariah sebagai mudharib, maka Bank Syariah akan menerima simpanan nasabah berupa:
a). Giro dan tabungan Wadiah; nasabah sebagai Shahibul maal dan bank syariah sebagai mudharib. Bank Syariah akan menerima simpanan nasabah sebagai titipan dan memberikan imbalan berupa “insentif” yang tidak diperjanjikan sebelumnya, tetapi berdasarkan kemajuan atau perkembangan usaha bank syariah.
b). Deposito, Tabungan dan Giro, mudharabah mutlaqah; nasabah sebagai shahibul maal dan bank syariah sebagai mudharib, maka bagi hasil diperjanjikan dalam bentuk persentase yang dihitung besarnya berdasarkan keuntungan yang diperoleh bank syariah dan dapat dibayarkan setiap akhir bulan atau akhir tahunan.
c). Deposito, Tabungan, giro mudharabah muqayyadah; syariah tidak bebas mengalokasikan dana nasabah pada sektor bisnis yang diinginkan bank syariah atau harus mendapat persetujuan nasabah penyimpan dana (shahibul maal) terlebih dahulu. Bagi hasil diperjanjikan dalam bentuk persentase berdasarkan keuntungan yang diperoleh bank syariah dan dapat dibayarkan setiap akhir bulan atau akhir tahunan
Dari sisi sebaliknya, kegiatan penyaluran dana; bank syariah sebagai shahibul maal dan nasabah sebagai mudharib. Bank syariah memberikan pembiayaan kepada nasabah atau perusahaan nasabah yang dikelompokkan dalam 5 (lima) jenis pembiayaan, dan 4 (empat) jenis membebani biaya nasabah sebagai mudharib, yaitu Pembiayaan murabahah; Pembiayaan Ijarah, Pembiayaan musyarakah (syirkah) dan mudharabah; Pelayanan jasa-jasa pelengkap; (bank syariah sebagai shahibul maal akan memberikan pembiayaan kepada nasabah (mudharib) dengan imbalan “fee” yang besarnya ditentukan oleh bank syariah pada awal pembuatan akte( serta jasa–jasa Lalu Lintas Pembayaran (LLP) Perbankan dalam dan luar negeri.